About

  • Logo Of Indonesia Train Company

    KAI means Kereta Api Indonesia basicly it is a Train Company In Indonesia which started in 17 June 1864 By General L.A.J Baron Sloet van de Beele and controlled by Staats Spoorwegen

  • The Largest Station In Malang

    This is Train station in Malang, Indonesia one of the largest station in DAOP 8 Surabaya East Java this Station has over 9 Train tracks

  • A Photot

    Aesthetic Photo

Rabu, 15 November 2023

CC 206

LOKOMOTIF CC 206 



Lokomotif CC 206 merupakan salah satu jenis lokomotif diesel-elektrik yang digunakan dalam layanan kereta api di Indonesia. Berikut adalah spesifikasi teknis dari lokomotif CC 206:


Tenaga Mesin:

Lokomotif CC 206 menggunakan sistem penggerak diesel-elektrik, di mana tenaga utama berasal dari mesin diesel. Mesin diesel yang digunakan biasanya memiliki daya yang cukup besar untuk memberikan daya dorong yang diperlukan dalam pengoperasian kereta api berat.

Mesin Diesel:

Lokomotif CC 206 umumnya dilengkapi dengan mesin diesel yang andal dan efisien. Mesin ini dirancang untuk memberikan daya tinggi dan tahan lama, menjadikannya pilihan yang cocok untuk mengatasi medan berat dan rute panjang.

Generator:

Lokomotif ini dilengkapi dengan generator listrik yang mengubah daya mekanik dari mesin diesel menjadi energi listrik. Energi listrik ini kemudian digunakan untuk menggerakkan motor traksi yang memberikan daya dorong pada roda lokomotif.

Motor Traction:

Motor traksi merupakan perangkat yang menerima energi listrik dari generator dan mengubahnya menjadi gerakan roda lokomotif. CC 206 biasanya dilengkapi dengan motor traksi yang dapat memberikan daya dorong yang besar untuk menggerakkan rangkaian kereta api.

Sistem Rem:

Lokomotif ini dilengkapi dengan sistem rem yang efektif dan dapat diandalkan. Rem ini dapat mencakup rem udara, rem dinamis, dan rem elektrodinamis, tergantung pada varian dan kebutuhan operasionalnya.

Kecepatan Maksimum:

CC 206 memiliki kecepatan maksimum yang dapat dicapai. Kecepatan ini dapat bervariasi tergantung pada model dan konfigurasi spesifik lokomotif.

Kabin Pengemudi:

Kabin pengemudi lokomotif dilengkapi dengan perangkat kontrol yang modern dan ergonomis, memungkinkan pengemudi untuk mengoperasikan lokomotif dengan mudah dan efisien. Kabin juga dilengkapi dengan sistem kontrol keamanan dan pemantauan untuk memastikan keamanan operasional.

Lokomotif CC 206, dengan spesifikasinya yang canggih, menjadi tulang punggung dalam menggerakkan kereta api di Indonesia, terutama dalam pengoperasian rangkaian kereta api berat dan panjang. Spesifikasi ini mencerminkan upaya untuk meningkatkan efisiensi, daya tahan, dan kinerja keseluruhan dalam transportasi rel di negara ini.








KA BIMA

 KA BIMA 





Kereta api Bima merupakan layanan kereta api penumpang kelas eksekutif dan compartment suite yang dioperasikan oleh Kereta Api Indonesia (KAI) melayani relasi Gambir–Surabaya Gubeng di lintas tengah Jawa. Nama Bima sendiri merupakan kependekan dari "Biru Malam",yang merupakan penerus dari dua layanan kereta tidur sebelumnya yaitu Bintang Sendja dan Bintang Fadjar pada tahun 1967.

Kereta api Bima diluncurkan pada 1 Juni 1967, mengawali sejarah pengoperasian kereta api yang dilengkapi penyejuk udara berfreon di Indonesia. Per tahun 2002, kereta api Bima beroperasi menggunakan bekas rangkaian kereta api JS950 Argo Bromo sebelum beroperasi menggunakan rangkaian kereta keluaran 2016 dan keluaran tahun 2018 buatan Industri Kereta Api (INKA).

Sejarah
Awal pengoperasian kereta api

Layanan kereta tidur
Kereta api Bima pertama kali beroperasi pada 1 Juni 1967, memiliki rute yang sama seperti pendahulunya, Bintang Fadjar dan Bintang Sendja, yaitu melalui stasiun Semarang Tawang dan Kedungjati atau lintas utara Jawa. Setelah beberapa minggu berikutnya, rute mengalami perubahan, yaitu melalui stasiun Purwokerto dan Yogyakarta atau lintas tengah Jawa. Kereta api ini dilengkapi kereta tidur berwarna biru buatan Waggonbau Görlitz, Jerman Timur.


Salah satu kereta pembangkit buatan Waggonbau Görlitz tahun 1967 yang dulu dipakai oleh KA Bima, kini dipakai oleh KA Ranggajati
Selama tahun 1960-an hingga awal 1980-an, kereta api Bima beroperasi dengan susunan rangkaian kereta: 1 buah lokomotif (bercorak hijau-kuning PNKA/PJKA), 2 kereta tidur kelas I (SAGW), 2 kereta tidur kelas II (SBGW), 1 kereta makan (FW), 1 kereta pembangkit (DPW), dan 1 kereta bagasi. Kereta tidur SAGW—diperuntukkan bagi penumpang yang membayar tiket termahal—dilengkapi jendela lebar dengan lorong dan kompartemen yang luas, serta fasilitas lain seperti lemari pakaian, wastafel, serta tempat tidur yang dapat dilipat menjadi tempat duduk dan menghadap arah perjalanan, sedangkan kereta tidur SBGW dilengkapi kaca jendela yang lebih pendek, fasilitas tempat tidur sebanyak tiga tingkat, serta tempat merokok di koridor. Fasilitas yang disediakan pada kereta makan saat itu berupa makanan dengan sistem tuslah serta bagian dalam yang menyerupai restoran. Kualitas layanan kereta api Bima saat itu dianggap "sejajar dengan kualitas hotel berbintang sehingga dapat menghemat biaya pengeluaran untuk penginapan dan transportasi."

Penghapusan layanan kereta tidur
Karena alasan sosial, PJKA mengganti kereta tidur SAGW dengan dua rangkaian kereta kelas eksekutif buatan suatu pabrik di Arad, Rumania bernomor seri K1-847xx (dibuat pada 1984, nomor baru: K1 0 84 xx[catatan 1])—diyakini sebagai "kereta kelas eksekutif terburuk yang pernah dimiliki oleh PJKA" karena kursi yang kurang nyaman dan tidak dapat diputar sehingga dapat "menurunkan kualitas layanan kereta api tersebut"—serta dirangkaikan secara bersamaan dengan kereta tidur SBGW.Terdapat sisa kereta tidur SAGW yang sempat digunakan pada layanan PJKA lainnya, seperti kereta api Mutiara Utara, Senja, atau Mutiara Selatan sebelum dilakukan perombakan menjadi kereta kelas eksekutif. Tiga kereta di antaranya menjadi kereta kenegaraan—kini telah dirombak menjadi kereta pariwisata, antara lain kereta wisata Nusantara, Bali, dan Toraja.

Setelah dilakukan penghapusan layanan kereta tidur SAGW, kereta api Bima tetap beroperasi dengan susunan rangkaian kereta kelas eksekutif dan kereta tidur SBGW hingga akhir 1980-an. Kereta tidur SBGW berhenti beroperasi pada awal 1990-an kemudian semua kereta tidur yang tidak terpakai tersebut dirombak menjadi kereta kelas eksekutif biasa—menghilangkan fasilitas tempat tidur kemudian diganti dengan tempat duduk. Sistem penomoran bekas kereta tidur SAGW dan SBGW diubah menjadi K1-67xxx (K1 0 67 xx).

Peran kereta tidur SAGW maupun SBGW kemudian digantikan oleh kereta kuset—kereta kelas ekonomi buatan pabrik Nippon Sharyo yang telah ada sejak 1964 dilakukan perbaikan dengan menambahkan pendingin ruangan, sekat ruangan, serta memasang tempat tidur paten.

Pengoperasian kereta api saat ini
Layanan kereta api kelas eksekutif (1995–sekarang)

Pada tahun 1995, peluncuran salah satu layanan kereta api Argo, JS950 Argo Bromo, menyebabkan beberapa penumpang memilih layanan kereta api Argo karena ia memiliki waktu tempuh yang lebih cepat—beroperasi melalui lintas utara Jawa seperti layanan kereta api yang telah ada sebelumnya, yaitu Mutiara Utara dan Suryajaya.
engan adanya peluncuran kereta api Argo Bromo Anggrek dengan rangkaian kereta buatan INKA keluaran 1997 menyebabkan persediaan untuk pengoperasian kereta api Argo Bromo menjadi berlimpah sehingga rangkaian kereta api JS950 Argo Bromo sempat dialihkan untuk pengoperasian kereta api ini—rangkaian kereta tersebut sewaktu-waktu digunakan apabila rangkaian kereta Argo Bromo Anggrek mengalami masalah. Setelah dilakukan penambahan rangkaian kereta api Argo Bromo Anggrek pada 2001 serta layanan kereta api JS950 Argo Bromo dihapus, bekas rangkaian kereta api JS950 Argo Bromo digunakan sepenuhnya untuk pengoperasian kereta api ini mulai 2002 hingga 2016.ute kereta api ini sempat diperpanjang hingga Stasiun Malang per 6 Februari 2014, Namun, rute kereta api ini kemudian dikembalikan lagi seperti semula pada 1 September 2020 karena tingkat keterisian penumpang di lintas Surabaya–Malang menurun yang diakibatkan Pandemi COVID-19 di Indonesia

Sejak 21 Juli 2016, kereta api ini beroperasi menggunakan rangkaian kereta kelas eksekutif buatan INKA keluaran 2016 yang dilengkapi dengan bogie TB-1014 (K10), namun kereta api ini kemudian beroperasi menggunakan rangkaian kereta baja nirkarat per akhir tahun 2020.

Mulai tanggal 28 September 2022, bertepatan dengan Dirgahayu PT Kereta Api Indonesia ke 77 tahun, Kereta api Bima ditingkatkan kecepatannya menjadi 120 km/jam.


Mulai tanggal 1 Juni 2023, tepatnya bertepatan dengan pemberlakuan grafik perjalanan kereta api (Gapeka) 2023 dan hari ulang tahun kereta api Bima ke-56, kereta api Bima saling bertukar rangkaian dengan Kereta api Argo Semeru yang beroperasi di relasi yang sama dengan jadwal pagi.
Penambahan kembali layanan kereta tidur
Pada tanggal 10 Oktober 2023, rangkaian kereta tidur (T1) dari kereta api Bima diresmikan kembali dengan nama kelas Compartment Suites (bahasa Indonesia: Kompartemen Mewah) setelah "mati suri" selama sekitar 30 tahun.[9] Rangkaian kereta tidur ini merupakan hasil modifikasi dari Balai Yasa Manggarai sebanyak 3 unit, yang memberikan sentuhan mewah meliputi in train entertainment (bahasa Indonesia: hiburan di dalam kereta api), kursi tidur dengan 180 derajat, pintu otomatis, toilet canggih dan sebagainya yang memberikan kesan mewah. Berbeda dengan kereta tidur terdahulu yang menggunakan tempat tidur, kereta baru ini menggunakan kursi yang memiliki banyak fitur yang canggih. Rangkaian kereta ini dipakai kereta Bima dan Argo Semeru. Rangkaian tersebut mula-mula diuji coba dengan relasi Gambir–Cirebon setelah melalui tes dinamis dengan relasi Manggarai–Cikampek.


Lokomotif

Pada masa PNKA hingga PJKA, lokomotif BB200, BB201, atau CC200 sempat digunakan sebagai lokomotif penarik kereta api ini. Namun, lokomotif BB301 dan BB304 lebih sering digunakan untuk menarik kereta api ini hingga ia mulai menggunakan lokomotif CC201 buatan General Electric pada tahun 1977.

Pada rentang tahun 1995 hingga 2013, lokomotif CC203 dan CC204 sering digunakan sebagai penarik kereta api ini sebelum digantikan dengan CC206.

Rabu, 01 November 2023

KA CL PENATARAN

 KA PENATARAN




Kereta api Penataran pertama kali beroperasi pada 1985 yang melayani lintas Surabaya–Blitar melalui Malang—merupakan layanan penerus kereta api Tumapel. Pada tahun 1985 hingga 2002, terdapat tiga layanan kereta api yang beroperasi di lintas Blitar–Malang–Surabaya, yaitu Penataran, Tumapel Utama, dan Tumapel Malang.Kereta Api Indonesia pernah meluncurkan layanan kereta api komersial, kereta api Penataran Ekspres, yang mulai beroperasi pada 1 November 2013 untuk melayani lintas Surabaya–Malang dengan jumlah perjalanan tiga kali dalam sehari. Kereta api ini beroperasi menggunakan kereta kelas ekonomi dengan jumlah tempat duduk sebanyak 106 kursi per kereta. Berbeda dengan ketentuan batas angkut kereta api Penataran yang mencapai 150%, batas angkut kereta api Penataran Ekspres disesuaikan dengan jumlah kursi yang tersedia sehingga setiap penumpang dipastikan mendapatkan tempat duduk. Selain itu, kereta api ini hanya berhenti di stasiun-stasiun tertentu sehingga perjalanan dari Surabaya menuju Malang hanya ditempuh sekitar 2 jam.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, rute kereta api ini diperpanjang hingga  dengan perjalanan sekali pulang pergi sehari mulai 6 Februari 2014. Pada akhir pengoperasiannya, kereta api Penataran Ekspres hanya berhenti di beberapa stasiun dan tentunya, Stasiun Surabaya Gubeng. Karena tingkat okupansi penumpang yang rendah, pengoperasian kereta api ini dihentikan per 6 Januari 2015.





Pengoperasian KA CL DHOHO DAN PENATARAN

Kereta api ini beroperasi dengan dua nama dalam sekali perjalanan dan memiliki rute yang memutar dari Surabaya hingga kembali ke Surabaya (disebut "jalur kantong"). Kereta api Penataran yang tiba di Stasiun Blitar akan berganti nama menjadi kereta api Dhoho sebelum kembali ke Surabaya Kota melalui Kertosono. Sebaliknya, kereta api Dhoho dari Kertosono berganti nama menjadi Penataran di Stasiun Blitar sebelum melanjutkan perjalanan ke Surabaya Kota melalui Malang. Sebagai kereta api lokal, kereta api ini berhenti melayani penumpang di semua stasiun di lintas Surabaya–Blitar, kecuali Boharan, Kedinding, Purwoasri, Minggiran, Susuhan, Sengon, Sukorejo, dan Wonokerto.

Lokomotif BB301 sempat digunakan sebagai lokomotif penarik kereta api Dhoho dan Penataran hingga sekitar 2011, walaupun lokomotif CC201 juga digunakan sebagai lokomotif penarik mulai 2004–2005 hingga sekarang. Saat ini, beberapa perjalanan kereta api ini terkadang ditarik menggunakan lokomotif CC206.[1] Kereta penumpang yang digunakan berupa kereta kelas ekonomi dengan susunan tempat duduk 3–2.

Mulai 1 April 2022, pengoperasian kereta api Dhoho dan penataran yang sebelumnya dikelola oleh KAI kini dialih kelola ke KAI Comuter. Pengalihan operasional ini dilakukan bersamaan dengan beberapa kereta api lokal dan komuter di Indonesia.

Pemberlakuan grafik perjalanan kereta api 2023 mulai 1 Juni 2023 mengubah pola perjalanan kedua kereta api ini. Penumpang dari kereta api Dhoho dan Penataran harus turun dari kereta dan bertukar dengan kereta lain apabila ingin melanjutkan perjalanan ke barat atau timur terutama dari Stasiun Blitar. Meskipun demikian, penumpang tetap dapat membeli satu tiket terusan. Stasiun Ngujang, Pakisaji, dan Purwoasri kembali melayani penumpang kereta api lokal. Penamaan kedua kereta api juga mengalami perubahan, dengan tambahan jenama Commuter Line sebelum nama kereta.Tapi setelah mendapat banyaknya keluhan dari penumpang terutama dari proses pertukaran di Stasiun Blitar yang sulit, KAI Commuter Wilayah 8 Surabaya memutuskan untuk revisi pola operasi Commuter Line Dhoho dan Penataran kembali menjadi rute lingkar tanpa mengubah jadwal sejak 15 Juli 2023.

KA MALABAR

 KA MALABAR 



Kereta api Malabar pertama kali beroperasi pada 30 April 2010, melayani penumpang dari Bandung dan sekitarnya yang melakukan perjalanan menuju Malang dan sebaliknya karena pada saat itu tidak ada satu kereta pun yang melayani rute tersebut.
Rute kereta api ini pernah diperpanjang hingga Stasiun Pasar Senen bersamaan dengan berlakunya grafik perjalanan kereta api per 1 Desember 2019.Namun, rute kereta api ini kemudian dikembalikan lagi seperti semula pada 1 September 2020.
Mulai 1 Juni 2023, layanan kelas bisnis pada kereta api Malabar akan segera dihapus, sehingga kereta api ini hanya menyisakan layanan dua kelas kereta saja; yaitu kelas eksekutif dan ekonomi new image yang dikarenakan akan bertambah 1 gerbong bagasi, yakni 2 gerbong bagasi.Per Pertengahan Mei 2023 sebelum dimulai dengan pemberlakuan grafik perjalanan kereta api (Gapeka 2023), Kereta api Malabar ini kembali kepemilikan operasional ke Daerah Operasi II Bandung dari Daerah Operasi VIII Surabaya berserta rangkaian kereta pun dimutasi/kembali ke Depo Kereta Bandung (BD), kepemilikan operasional ini ditukar dengan Kereta api Brawijaya (karena telah disingkirkan dari Daerah Operasi I Jakarta dan kepemilikan operasional beralih ke Daerah Operasi VIII Surabaya).